Bukittinggi, SuarakeadilanNews.id – Karena banyak anak yang tak di terima masuk sekolah melalui jalur zonasi, puluhan warga memblokir pintu masuk SMAN 3 Bukittinggi, Kamis (13/07/2023).
Warga memblokir pintu masuk sekolah dengan cara menempatkan 2 mobil di pintu masuk sekolah, serta menutup pagar.
Kondisi itu membuat para guru dan siswa tidak bisa masuk sekolah dan membuat para siswa akhirnya terpaksa pulang ke rumahnya masing-masing.
Menurut Busri, salah seorang warga, akibat tidak bisa masuk sekolah, anaknya lebih sering mengurung diri di rumah, karena malu ke luar rumah akibat tak sekolah.
Busri mengatakan,” ia tinggal di kawasan Pakan Labuah Tigo Baleh, yang hanya berjarak 1,2 kilometer dari SMA Negeri Bukittinggi,” katanya.
Menurutnya, kawasan tempat tinggalnya merupakan zona SMAN 3 Bukittinggi dan sekolah itu merupakan SMA terdekat dengan rumahnya.
Jalur zonasi merupakan salah satu jalur penerimaan mahasiswa baru melalui zonasi atau berdasarkan wilayah tempat tinggal yang dekat dengan sekolah.
“Saya sudah mendaftar dari awal, sudah juga mencari solusi-solusi lain, tapi tetap anak saya tak di terima di sekolah ini,” kata Busri.
Kondisi yang di alami Busri juga di alami oleh puluhan orangtua lainnya yang juga bernasib serupa.
Terkait permasalahan ini, pihak sekolah memberikan ruang dialog bagi perwakilan warga.
Anggota DPRD Bukittinggi, Ibra Yasser yang ikut dalam dialog tersebut mengungkapkan hasil keputusan dialog tersebut dengan pihak sekolah.
Menurutnya,” pihak sekolah berjanji akan menyampaikan permasalahan ini kepada atasannya, dan warga di minta untuk menunggu dulu apa keputusan dari provinsi.
“Sebelum ada keputusan, sebelum dinas provinsi memberikan solusinya, tidak ada kegiatan belajar mengajar di SMA ini,” kata Ibra Yasser.
Respons Kepala Sekolah. Menurut Kepala SMA Negeri 3 Bukittinggi, Sefriadi, ada 89 anak warga sekitar yang tak bisa di terima di SMA Negeri 3 Bukittinggi.
Hal itu karena kuota penerimaan mahasiswa baru sangat terbatas, dan tak cukup menampung semua siswa baru melalui jalur zonasi.
“Siswa baru yang di terima saat ini jumlahnya 294 orang. Cuma segitu kapasitasnya, karena terbatas sarana dan prasarana,” kata Sefriadi.
Menurutnya, total 294 siswa baru itu terbagi dalam 9 rombongan belajar (rombel) atau 9 kelas.
“Tahun dulu cuma 8 rombel, sekarang sudah di tambah jadi 9 rombel. Yang dulunya gudang kita bongkar, kita paksa jadi lokal,” jelas Sefriadi.
Penambahan satu ruangan itupun ternyata belum cukup menampung semua anak yang berada di zona sekolah SMA Negeri 3 Bukittinggi.
Menurut Sefriadi, pihak sekolah dulunya telah menawarkan kepada orangtua untuk memilih sekolah lain, karena masih ada sekolah lain yang kuotanya masih kurang.
“Faktanya mereka tak mau ke sana. Cuma kami dari sekolah telah memberikan arahan dan informasi,” jelas Sefriadi.
Untuk mencari solusi, ia segera membahas permasalahan tersebut ke cabdin (cabang dinas) agar tidak ada yang dirugikan dalam permasalahan ini.(*)
Tidak ada komentar