x

Penambangan Minyak Ilegal di Blora Resahkan Jurnalis, Tindak Kekerasan Terjadi di Area Publik

waktu baca 4 menit
Selasa, 25 Feb 2025 06:10 0 85 Sardiono SKN

BLORA – Suarakeadilannews.id – 25/02/2025. Kegiatan penambangan minyak ilegal di Blora kembali mencoreng citra daerah, kali ini dengan insiden kekerasan yang menimpa seorang jurnalis lokal.

 

Hans, seorang jurnalis yang bertugas di Blora, mengalami tindakan penggerudukan dan kekerasan di area parkir GOR Mustika Blora pada Rabu (19/2/2025) sekitar pukul 11.00 WIB.

 

Kejadian bermula saat Hans sedang menikmati kopi bersama rekan jurnalisnya, R, di lingkungan GOR Mustika. Tiba-tiba, ia menerima panggilan telepon dari nomor tak dikenal yang mengaku bernama Alfi dari Polda Jateng. Alfi menanyakan keberadaan Hans dan meminta bertemu.

 

“Saya saat itu baru ngopi bersama R, seorang wartawan, di lingkungan GOR Mustika. Tiba-tiba ada telepon masuk dengan nomor yang tidak dikenal di HP milik saya dengan mengatasnamakan Alfi dari Polda Jateng (+62 813-3951-6402). Dia menanyakan posisi saya saat ini dan dia ingin ketemu saya,” ungkap Hans pada Sabtu (22/2/2025).

 

Tak lama kemudian, Alfi dan seorang rekannya tiba dengan mobil Mitsubishi Pajero putih berpelat nomor tidak lengkap. Mereka menghampiri Hans dan menanyakan keterlibatannya dalam penangkapan truk modifikasi berisi solar.

 

Hans membantah tuduhan tersebut dan mempertanyakan identitas serta kesopanan Alfi.

 

“Kemudian mereka berdua turun dari mobil, terus menghampiri saya dengan menanyakan, anda bernama mas Hans. Saya jawab, iya…betul. Ada apa ya? Salah seorang tersebut (Alfi) mengatakan, anda yang menangkap truk modifikasi warna kuning yang didalamnya ada tangki isi minyak solar? Saya jawab, wartawan kok nangkap truk to mas-mas. Wartawan itu tugasnya bertanya dan menulis, bukan nangkap truk berisi solar. Kalau yang tangkap menangkap itu tugas kepolisian. Kemudian, saya tanyakan ke Alfi, anda dari mana, kok bertanya anda tidak sopan, bentak-bentak orang,” jelas Hans.

 

Situasi memanas ketika Alfi menuduh Hans dan rekannya, Kari, sebagai provokator penangkapan truk solar tersebut. Hans membantah tuduhan itu dan kembali mempertanyakan identitas Alfi. Setelah itu, Alfi menelepon seseorang yang tidak diketahui identitasnya.

 

Tak berselang lama, puluhan orang dengan seragam biru dan mengendarai sepeda motor tiba di lokasi. Alfi menunjuk Hans dan berteriak, memicu tindakan kekerasan. Hans digelandang, ditarik paksa, dan dijatuhkan dari tempat duduknya.

 

“Alfi yang mengaku anggota Polda Jateng itu berteriak….. asu…dancok… iki lho wonge (ini lho orangnya). Lalu setelah Alfi berteriak seperti itu, saya yang berseragam komplit warna hitam, Media ISB digelandang dan ditarik paksa dengan menggenggam baju bagian leher dengan kuat, lalu saya terjatuh dari tempat duduk,” ungkap Hans.

 

Rekan jurnalis Hans, R dan G, yang mencoba membantu, dihalangi oleh kelompok tersebut. Hans kemudian ditarik dan dibawa ke tengah area parkir GOR Mustika, mengalami luka-luka dalam prosesnya.

“Lengan kanan saya juga terluka, sampai-sampai tulang bagian atas menonjol dan sampai sekarang kalau digerakkan terasa sakit. Saya sempat muntah-muntah. Untuk yang memukul, saya tidak tau orangnya, karena saat itu saya sendirian dan mereka terlalu banyak (-+ 50 orang),” ungkapnya.

 

Anggota TNI dari Kodim Blora tiba di lokasi dan melerai keributan. Setelah situasi mereda, Hans diajak bernegosiasi oleh Pipin, salah satu anggota kelompok tersebut. Dalam negosiasi, Pipin mengeluarkan keris dan jenglot, mengancam Hans jika ia berbohong atau mengganggu kegiatan penambangan.

 

“Saksikan semua, kalau Hans bohong dan mengganggu Plantungan, maka akan kita bunuh bersama-sama….setuju. Jawab anggota Pipin yang berseragam biru tersebut, berteriak….setujuuuuu,” ucap Hans menirukan perkataan Pipin saat itu.

 

Setelah itu, kelompok tersebut membubarkan diri. Hans kemudian melaporkan kejadian ini ke Kapolres Blora. Dalam pertemuan di Polres Blora, Hans meminta klarifikasi dari Pipin mengenai alasan penyerangan tersebut.

 

Dalam klarifikasinya, Pipin mengaku mendapatkan informasi dari seorang pejabat pusat bahwa Hans dan Kari adalah provokator penangkapan truk solar. Hans membantah tuduhan tersebut dan menjelaskan kronologi kejadian yang sebenarnya.

 

Pipin kemudian meminta maaf atas kesalahpahaman tersebut.

 

Kejadian ini menambah daftar panjang permasalahan terkait penambangan minyak ilegal di Blora. Tindakan kekerasan terhadap jurnalis yang sedang menjalankan tugasnya merupakan ancaman terhadap kebebasan pers dan supremasi hukum.

 

( jurnalis: sardiono / Tim )

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x